Oksigen Terlarut
DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan oksigen di dalam air.
Kemampuan air dalam melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air, tekanan
gas oksigen dan kemurnian air.
Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut
dalam air pada urutan kedua setelah Nitrogen. Namun jika dilihat kepentingannya
bagi kehidupan ikan dan udang, Oksigen menempati urutan paling atas. Oksigen
yang sangat diperlukan udang untuk pernafasannya harus dalam bentuk
terlarut dalam air, karena udang tidak dapat memanfaatkan Oksigen
langsung dari udara.
Analisis Oksigen
Telarut
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan
2 macam cara, yaitu :
a. Metoda
titrasi dengan cara WINKLER
b. Metoda
elektrokimia
Metode Winkler
Metoda titrasi
dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen
terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH - KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2.
Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang
terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul Iodium (I2)
yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya
dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203)
dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai
berikut :
MnCI2 + NaOH Ã Mn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH) 2
+ O2 Ã MnO2 + 2 H20
MnO2
+ 2 KI + 2 H2OÃ Mn(OH) 2 + I2
+ 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3
à Na2S4O6 + 2 NaI
Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler
Penentuan
oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih
analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu
diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya,
standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan larutan standar kaliumbikromat
yang tepat.Dengan mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan
standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen
terlarut yang lebih akurat. Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan H+
24 cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan
diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi
penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana
lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya
hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut
dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya
hanya bersifat kisaran.
Kelemahan Metode Winkler dalam
menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana dengan cara
WINKLER penambahan indikator amylum harus dilakukan pada saat mendekati titik
akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum
sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan
sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah menguap. Dan
ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi
kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara
dan adsorpsi I2 oleh endapan.
Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Oksigen
Terlarut
Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar
oksigen terlarut adalah dengan cara :
1.
Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur naik maka kadar
oksigen terlarut akan menurun.
2.
Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin
kadar oksigen terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin
berkurang dan kadar oksigen digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan –
bahan organik dan anorganik.
Cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar
oksigen terlarut adalah dengan cara :
1. Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika
temperatur turun maka kadar oksigen terlarut akan naik.
2. Mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam
air tersebut maka semakin kadar oksigen terlarut akan naik karena proses
fotosintesis semakin meningkat.
3. Mengurangi bahan – bahan organik dalam air,
karena jika banyak terdapat bahan organik dalam air maka kadar oksigen
terlarutnya rendah.
4. Diusahakan agar air tersebut mengalir.
Aerasi
Aerasi
merupakan metode pengolahan dalam pengaturan penyediaan udara pada bak aerasi, dimana bakteri aerob akan
memakan bahan organik didalam
air limbah dengan bantuan oksigen. Penyediaan udara yang lancar dapat mencegah terjadinya pengendapan di
dalam bak aerasi. Adanya
endapan mengakibatkan terjadinya penahanan pemberian oksigen ke dalam sel, dengan demikian mengakibatkan timbulnya situasi bakteri
anaerobic.
Aerasi yang diberikan pada suatu perairan yang tidak terdapat
proses
fotosintesis akan sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan tersebut dan ikan
yang ada di dalamnya. Adanya aerasi yang diberikan penurunan oksigen
terlarut akibat dari proses respirasi ikan atau perombakan bahan organik akan
segera teratasi. Aerasi diharapkan dapat mensuplai kebutuhan oksigen untuk
dekomposisi dan respirasi ikan.
Hukum Proust (Ketetapan
Perbandingan)
Menyatakan
bahwa dalam suatu senyawa perbandingan massa unsur-unsur penyusunannya selalu
tetap. Contoh :
Fe
|
S
|
FeS
|
Keterangan
|
7 g
|
4 g
|
11 g
|
-
|
8 g
|
4 g
|
11 g
|
Sisa Fe = 1 gram
|
14 g
|
9 g
|
22 g
|
Sisa S = 1 gram
|
22 g
|
14 g
|
33 g
|
Sisa Fe = 1 gram,
Sisa S = 2 gram
|
Besi (Fe) dan belerang (S) akan bereaksi membentuk besi-belerang (FeS)
dengan perbandingan massa selalu 7 : 4.
H2
|
O2
|
H2O
|
Keterangan
|
1 g
|
8 g
|
9 g
|
-
|
2 g
|
8 g
|
9 g
|
Sisa H2 = 1 gram
|
2 g
|
17 g
|
18 g
|
Sisa O2 = 1 gram
|
4 g
|
25 g
|
27 g
|
Sisa H2 = 1
gram,
Sisa O2 = 1 gram
|
Hidrogen
(H) akan bereaksi dengan oksigen (O) membentuk molekul air (H2O)
dengan perbandingan massa selalu 1 : 8.
Jadi molekul oksigen memiliki konstanta 8 terhadap air.